Tuesday, March 31, 2020

SEKEPING MIMPI

...tiada lebih indah
tika sedar dari mimpi, lalu ia sebenarnya
realiti.

Moga mimpi baik baik saja.

Monday, March 30, 2020

LUKA DI MANA

...luka di mana sayang
kaki atau jari
hati?

aduhai sayang
pandangan matamu cukup bererti
tentu di hati permaisuri ini
sini ke sini
mari kukucup keningmu
seperti hari itu
mari kukucup jua hidungmu
tidak lupa di pipimu.

Mengapa kaku sayang?

belum terubat luka itu
atau telah sembuh juga luka dahulu
betapa manisnya senyummu
buatku termangu
seperti selalu.

TIDAK MAHU MEMUSING WAKTU

...kenapa dititiskan begitu mudah
kerana ia lahir dari hati wanita?

kenapa turut aku merasa
pedihnya dada, hingga tak mampu ditahan

ke sinilah sayang
rapat ke bahu
biar tanpa bicara cukup kita berdua

dengarkah sayang degup jantungku
mungkin tidak ketika ini, bukan
kerana deras tangismu
sedumu jua

kenangan semakin terang di ingatan
melalui pintu hati yang disinari cahaya mata
tika pelukmu kian erat
dunia seakan kaku
tidak mahu memusing waktu.

Tuesday, March 24, 2020

HENING PAGI HINGGA PETANG

Ufuk seakan menyeru namaku
agar tunduk kepada hal yang sedang kulakukan

cangkul kusematkan di tepi batas
kugapai bakul yang penuh rindu bersama pulang

teman setiaku mengekori sahaja
dan setelah melangkah beberapa peristiwa
di bangku kenangan kumanjakan pinggulku

diam aku memandang jauh, jauh dari hidupku
kadang aku berada di masa lalu
sesaat hanya sudah jauh berpeluk impian

apa aku telah memahami diri, apa perlu berubah... tanya demi tanya mengosongi hati, hingga sesepi hari ini.

Thursday, March 19, 2020

RINDU YANG DALAM

...pada detik itu,
setiap butir di wajahmu
aku nikmati dengan perlahan
nyata sayang
kita sudah lanjut usia
namun kasih sayang yang mengalir dalam tubuh ini
masih sesegar udara pagi ketika mula kita bertemu

hmm...
ingatkah kausaat mata kita saling memanah cinta
rasakah engkau sayang,
betapa sebaknya untuk kita melafazkan
sukanya...
nikmat cinta, kelu bukan?

kesima tidak terhingga
hanya hati yang memahami
ingin sekali kita pergi
sejauh...
rumah merpati

aduh...
sesekali kita dibadai duri
lukanya masih terasa dalam ingatan
argh...
betapa angin marah tika itu
betapa matahari memekik bahang tika itu
namun malam dan bulan perlahan-lahan mendamaikan

semua ini sayang, membawa aku kepada rindu
rindu yang mendalam.

Wednesday, March 18, 2020

LENSA

...matamu nyata memandangku, bukannya lensa kamera. Hatimu nyata untukku, bukannya tanpa rela...


Saturday, March 14, 2020

AMEN

✝🙏
Shalom.
...ada sesiapa yang terfikir untuk mencari Rencana Tuhan dalam situasi panik COVID 19 sekarang?

Mari kita terbalikkan COVID-19 menjadi
(91-DIVOC)

91 - Maz 91
D - Destroy
I - Influenza
V - Virus
O - Outbreak
C - Completely

Mazmur 91:1-16 (TB) 
Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."

Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.

Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.

Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang, terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.

Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.

Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.

Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,
malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu; sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.

Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.

Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga.

"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.

Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.

Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku."

Jelas sekali satu-satunya cara mengatasi dan melindungi diri dari penyakit COVID 19 adalah dengan BERSANDAR PENUH PENGHARAPAN KEPADA TUHAN. Mari kita saling mendoakan sesama kita khususnya saudara-saudari seiman supaya Tuhan melindungi umatNya dari penyakit pandemik ini.

Tuhan berkati.
Amen.

Friday, March 13, 2020

GENGGAM RINDU

Saat teduh
mulai hadir tanpa diseru
dahan selembut rambutmu
tampak menari pabila dibuai bayu
sesekali aku menurut rentak gemalai
membawa pergi hati gundah

lama kita tak temu
tujuh siang tujuh malam kiranya
aku memegang rindu
menolak waktu agar gegas tiba
hari bersamamu.

WAHYU


Thursday, March 12, 2020

DENGARKAH

Hatiku menggumam
tika melihat jauh ke masa lalu
matamu mengasyikkan
hingga aku lalai bersama lamunan
raut wajahmu terlalu indah
seperti rasanya aku memandang sungai
di tanah lahirmu
namamu dalam sebutan
tidakkah kau dengar kupanggil
sayang...

Mana mungkin kaudengar kerana aku memanggil dari hati.

YOHANES


Wednesday, March 11, 2020

CINTA YANG DATANG LEWAT

sepasang mata
membisikkan
minta didiamkan
tertaruhlah keinginan dalam hati malam

memarut pendam
biar terurai perlahan dan seiring
bertemankan rendang di pinggir kolam
pada hujung zaman

peribadinya tenang
mahupun kocak di taman siti awan
kedengaran hingga ke tengah malam
lalu hilang bukan sekelipan

pantas cinta membangunkan
kemudian jadi siang

Tuesday, March 10, 2020

CINTA BEDA AGAMA



Sekarang dan selamanya
Beta yakin cuma ale
Yang terbaik
Paling terbaik
Cinta su di tengah jalan
Seng mungkin beta akhiri
Hubungan ini
Nona jantong hati
Biar orang tau katong berbeda sayang
Tapi beta tetap cinta
Walau beda agama
Terserah dong semua
Mo bilang apa di balakang
Beta seng paduli
Beta tetap cinta
Nona par beta se anugerah
Dari Yang Kuasa
Percaya beda keyakinan
Tapi se takdir for beta
Doa par nona tulus suci
Mau sehidup semati
Katong pung cinta
Satukan perbedaan
Sekarang dan selamanya
Beta yakin cuma ale
Yang terbaik
Paling terbaik
Cinta su di tengah jalan
Seng mungkin beta akhiri
Hubungan ini
Nona jantong hati
Biar orang tau katong berbeda sayang
Tapi beta tetap cinta
Walau beda agama
Terserah dong semua
Mo bilang apa di balakang
Beta seng paduli
Beta tetap cinta
Nona


Monday, March 9, 2020

MEMBAWA PULANG MEMORI


beralih sudah musim daun lurut
sari bunga cempaka mulai kembang bercambah
rona putihnya mendamaikan jiwa resah
nan bimbang pohon hajat tidak lagi bertunas kasih

hembusan nafas dari daun nan hijau
segarnya amat
membawa pulang memori sang pencinta
ke ruang hati yang kering
moga kembali sinar terang pada sirna
juga hawa tenang pada rawan

Sunday, March 8, 2020

AYAHKU

...aku makan
dari sisa anak-anakku.
Kerana dahulu ayahku pun begitu.

EVERYTHING



REMEMBER

EYE OF THE STORM



DARI JENDELA

Dari jendela aku melayangkan mata jauh
ke gunung-gemunung
di sana ada harapan dan impian
ingin langsung aku di sana
namun jejak yang perlu dihadapi penuh berduri
melalui arus sungai maha deras
lembah nan menyesatkan dengan bahang
seribu darjah

apakan daya...
hanya mampu aku berhajat
agar gunung itu terus terjaga jiwa dan raga
kekal teguh memahat janji
suatu kebangkitan tatkala ada insan
persis kecundang
di perantauan.


WE REMEMBER

We remember how you loved us to your death, And still we celebrate, for you are with us here; And we believe that we will see you when you come, In your glory, Lord, we remember, we celebrate, we believe. Here, a million wounded souls are Yearning just to touch you and be healed; Gather all your people, and hold them to your heart.

We remember how you loved us to your death,
And still we celebrate, for you are with us here; And we believe that we will see you when you come, In your glory, Lord, we remember, we celebrate, we believe. Now we recreate your love we Bring the bread and wine to share a meal; Sign of grace and mercy, the presence of the Lord.

We remember how you loved us to your death,
And still we celebrate, for you are with us here; And we believe that we will see you when you come, In your glory, Lord, we remember, we celebrate, we believe.

Christ, the Father's great "Amen" To all the hopes and dreams of every heart; Peace beyond all telling, and freedom from all fear.

We remember how you loved us to your death, And still we celebrate, for you are with us here; And we believe that we will see you when you come, In your glory, Lord, we remember, we celebrate, we believe. See the face of Christ revealed in Ev'ry person standing by your side; Gift to one another, and temples of your love. We remember how you loved us to your death, And still we celebrate, for you are with us here; And we believe that we will see you when you come, In your glory, Lord, we remember, we celebrate, we believe.

Listen at https://youtu.be/vziyIo20Im0

ADAM, SYURGA DAN HAWA


SETUBUH

Engkau kupandang tak jemu
mendebar laju jantungku
relakan aku rebah di pangkuanmu
biar alir darahku
menghangatkan tubuhmu
kita jadi satu
setubuh.


Saturday, March 7, 2020

Friday, March 6, 2020

KEMBALILAH DAMAI

Ufuk barat mulai ditutup tirai senja
indahnya kedinginan ini
ia memancarkan hati nurani
antara kita
air keruh biarlah berlalu melalui
air masa...
kembalilah mendamai sesama
kerana kasih ini
tanpa hujungnya
umpama siang dan malam
terang dan gelap
suka dan duka
sihat mahupun sakit
bukankah segala sesuatu dicipta
ada baik serta buruknya.

SEHELAI KERTAS KEKASIH

Akanku simpan tanda kesakitan itu
agar suatu hari nanti ketika hidup dalam
gembira,
aku diingatkan lagi akan keperitan
satu karya.

Biarlah kertas itu menjadi kebahagiaanmu
bersama dia
niat kamu berdua
di belakangku
tanpa pengetahuanku.








...sungguh sengat itu mencederakan aku
hingga jatuh.

YA TUHAN


BERADU SURATAN

Madah yang bernada sedih
menguati ingatanku kepadamu
mempertahankan kasih sayang
tika terjalin lebih dari waktu
padi berbuah

petang ini aku ke bukit maria
sekali lagi mengenang kisah sedih yang dilalui oleh
maha pengasih

sepertinya
kutanggung derita ini
rindu...
dalam masa yang sama mahu sangat mengerti
betapa kau sudah menggubah hidupku
untuk lebih menghormati dan menghargai
air mata daripada seorang puteri.

Malam nanti hendaknya aku sembunyi
dalam kegelapan dan kesepian
jemu akan diri sendiri
yang tak putus-putus menyakiti.


LONGLAI

Tubuh terasa sangat longlai
darah mengalir umpama
baru saja muntah dari gunung api
biarlah sendiri aku di sini
meleraikan dukacita di sanubari
akibat sayang melebihi
akan diri sendiri.

...terbang kauterbang, hingga ke pohon maskara. Jauh menjauh lagi, moga tidak bertemu mimpi...


Wednesday, March 4, 2020

TERSISIH

Musykil
kenapa senyap membisu
adakah khilaf bicaraku
atau kelakuanku puncanya
memencil diri

terpisah bak antara benua
sedangkan selangkah cuma
hingga kufikirkan seakan afdal
jika lenyap aku ketika itu
kerana dia pilih tenang
bukan perang

ada baiknya aku bertamu
memandang sayur dan belunu
pandang tak jemu
hingga ke laut cencaru
ataupun
makan sampai jemu

lebih baik aku di sungai
memasang perangkap tangkai
untung badan dapat sekumpul kerai
masak lemak berserai
ataupun
terus duduk mengintai.



Tuesday, March 3, 2020

HARGA DIRI

...patutkah aku mati demi sebuah harga diri?

Dulu, pernah aku memikirkannya. Demi yang tersayang. Tapi tidak demi yang ditinggalkan.

Seperti layang-layang, diriku ketika itu. Berputar-putar tanpa haluan. Nun tinggi di awan tatkala jatuh, cukup meranapkan juga menjahanamkan.

Kasar bukan?

Begitulah rasanya apabila mempertimbangkan harga diri.

PENYESALAN

...kalau sudah kerana cinta
untuk apa lagi kita persoal, kecuali ada;
penyesalan.

Monday, March 2, 2020

ANTARA MATAHARI DAN REMBULAN

Oleh: Alexander Bungkak

Waktu menunggu di bilik persidangan Mahkamah Anak Negeri Papar terasa sangat perlahan, seperlahan bisa rindu yang cuba melewati urat-urat masa. Cinta yang terlanjur tumbuh dalam hati lalu bersemi melalui sebuah jalinan pertunangan yang terlarang sejak zaman berzaman. Tiada seorangpun antara mereka berdua yang mahu menamakan perasaan itu. Tempoh masa yang diperlukan untuk Aaron melupakan tunangannya berlalu siang dan malam, seribu hari lamanya. Hinggalah, Sri Putri Chintya hadir dalam hidupnya lalu mereka membina mahligai pernikahan.
Jika dahulu, aura cintanya kepada Rugina umpama rembulan yang terang menghiasi langit zulmat, isterinya kini umpama cahaya sang matahari yang menerangi jalan kehidupan. Tidak disangkanya, setelah enam tahun tidak bertemu dengan sang rembulan, setapak mungkin lagi, langkah Rugina berhenti di sisi tempatnya duduk dalam bilik persidangan yang serba sepi, sejuk dan terang disinari lampu-lampu kalimantang.
“Tidak boleh! Kamu berdua tidak boleh bersatu!” bentak ayahnya, ketika Aaron memberitahu tentang hubungannya dengan Rugina sewaktu makan tengah hari, beberapa tahun lalu. Ayahnya sudah seperti pengurus besar yang tidak bersetuju dengan cadangan yang diusulkan oleh pegawai eksekutifnya dalam suatu sidang mesyuarat tergempar.
Sebagai tetamu, Rugina hanya tertunduk diam bersebelahan Aaron, dengan perasaan yang bercampur baur, apabila mendengar bicara antara Aaron dan ayahnya di meja makan rumah mereka. Aaron yang melihat reaksi Rugina berasa hiba, apatah lagi ketika membayangkan perasaan kecewa yang dihadapi oleh kekasih hatinya.
Mendadak, lamunan pahit Aaron terhenti. Bagaikan ada daya tarikan seni, dia berpaling ke arah pintu utama mahkamah anak negeri. Suasana seakan tergantung serta-merta. Tanpa berkedip kelopak matanya, dia merenung kelibat Rugina yang baru sahaja muncul di sebalik daun pintu yang terbuka. Rugina, kelihatan masih seperti dahulu. Bagaikan rembulan yang menerangi langit zulmat. Begitulah perasaan Aaron apabila melihat langkah anggun seorang guru yang khabarnya belum berpunya, kemas dan bergaya.
Entah mengapa, bunyi hentakan pintu kayu mahkamah anak negeri yang tertutup itu, ibaratkan hentakan pada jiwa dan raga Aaron yang mengerang kesakitan. Kepedihan. Sepedih hati seorang ibu apabila bayinya diganggu oleh roh jahat, Rogon Gaiyah.
Sekelip mata, gambaran peristiwa lalu menerjah tiba. Beberapa bulan sebelum dia menyarungkan gaung, sementara Rugina, menyarungkan sinuangga. Kerana, hari itu ialah hari meraikan cinta mereka, di Kampung Mandahan, Papar.
“Perkahwinan kamu sepatutnya tidak dibenarkan sebab ada pertalian kekeluargaan yang dekat. Ini dianggap satu kesalahan yang dipanggil, mintarom. Sogit terpaksa dikenakan. Kena beri seekor kerbau, mengikut adat suku kaum Dusun.” Orang Tua yang mukanya berkedut-kedut namun penuh karisma, menjelaskan dengan sebaik-baiknya kepada keluarga Aaron ketika dalam upacara merisik di rumah keluarga Rugina.
“Faham, ketua,” kata Aaron sambil memandang ayahnya yang duduk bersebelahan dengan ibu Rugina dan para saksi yang hadir dalam upacara itu.
Ayahnya mengangguk-anggukkan kepala tanda bersetuju dengan kenyataan Orang Tua mereka. Ibu Rugina turut sama menganggukkan kepalanya. Manakala, Rugina yang menunggu di dalam bilik, hanya mendengar perbincangan itu sayup-sayup dari kejauhan. Hatinya turut menjauh.
“Selain itu, lelaki dan perempuan masing-masing kena sogit, seekor khinzir dan satu tajau yang harus kamu serahkan secara misulak antara sesama keluarga. Ia perlu dilakukan dengan sempurna sebelum bertunang,” jelas Orang Tua lagi yang mewakili mahkamah anak negeri di daerah Papar.
Meskipun kenyataan itu terasa amat pahit untuk ditelan pada ketika itu, Aaron mampu menganggukkan kepala sebagai tanda isyarat yang dia memahami implikasi pertunangannya.
Hubungan kekeluargaan antara Aaron dan Rugina ialah bersepupu. Di mana, datuk kepada Aaron dan Rugina telah berkahwin dua kali. Ayah Aaron merupakan anak sulung hasil daripada perkahwinan pertama, manakala ibu Rugina ialah anak sulung hasil perkahwinan kedua.
‘Demi hubungan persaudaraan yang sedia ada, biarlah aku berundur daripada cinta,’ getus Aaron dalam hatinya. Keputusan ini juga telah diredai oleh Rugina setelah mereka berdua berbincang dalam satu pertemuan, beberapa minggu sebelum hari pertunangan dilangsungkan.
Tiba-tiba, Aaron mengerutkan dahi. Benak fikirannya menumpu tajam. Terkenangkan tanah yang pada asalnya patut dimiliki oleh ibu Rugina, telah diserahkan secara terpaksa kepada ayahnya sebelum dia dan Rugina menyatakan hasrat untuk membatalkan pertunangan.
Alangkah, tanah seluas 100 ekar itu belum bergeran. Ia masih dalam proses permohonan tanah di Jabatan Tanah dan Ukur. Teringat dia bagaimana ibu Rugina terpaksa mengalah kerana tidak mampu menguruskan permohonan tanah tersebut.
Getus Aaron dalam hati, tertanya-tanya. ‘Kenapa ayah kepingin sangat dengan tanah yang bukan haknya itu? Kenapa tidak dibiarkan saja ibu Rugina yang uruskannya?’
Rentetan itu, ibu Rugina akhirnya bersetuju secara hibah, menyerahkan tanah tersebut kepada abang tirinya. Bersyarat, pertunangan antara Aaron dan Rugina dibatalkan. Ayah Aaron dengan leganya, bersetuju.
Didengari Aaron, ketika dalam upacara merisik dahulu, “harta yang paling indah ialah waktu dan kesempatan bersama insan-insan tersayang.” Yang dikatakan oleh ibu saudaranya kepada kekasihnya, sewaktu duduk di sofa rumah mereka.
“Selamat pagi semua,” ucap Pegawai Pembahagian Pusaka, mematikan ingatan Aaron serta-merta.
“Selamat pagi, tuan…” jawab Aaron, Rugina dan saksi-saksi, serentak.
“Terima kasih kerana hadir dalam sidang ini. Salam takziah di atas kehilangan saudara kita. Sebagai makluman semua,” ujar pegawai pembahagian pusaka, sebelum menghela nafas panjang. Sejurus, dia menatap wajah Aaron dan Rugina sambil menjelaskan bahawa wasiat yang akan dibacakan sebentar sahaja, telah ditulis sendiri oleh mendiang ayah Aaron pada 13 Oktober 2007 yang lalu, di hadapan dua orang saksi, selaras dengan Akta Wasiat 1959.
Setelah wasiat selesai dibacakan oleh pegawai itu, Aaron dan Rugina saling berpandangan. Isu tanah seluas 100 ekar itu bagaikan duri dalam fikiran Aaron dan dia yakin itu turut bagaikan duri dalam jiwa Rugina.
“Dari segi hukum, hibah ialah suatu amalan sunat yang digalakkan dalam agama Islam terutama sekali kepada kaum keluarga terdekat.” Kenyataan itu tiba-tiba melintas dalam benak hati Aaron pada ketika itu.
Aaron menghela nafas panjang, sebagai seorang anak tunggal yang telah berkahwin dengan seorang gadis warga Indonesia yang beragama Islam, sesungguhnya, Aaron berasa bertanggungjawab untuk memperbetulkan isu pembahagian tanah pusaka daripada datuknya kepada ibu saudaranya dahulu.
Membulatkan tekad lalu diluahkan oleh Aaron, “Tuan, tanah yang diwasiatkan kepada saya itu, saya serahkan secara hibah kepada Rugina.”
Rugina dan para saksi yang hadir terkejut. Memandang dengan penuh hairan ke arah Aaron, yang matanya tidak berganjak memandang pegawai mahkamah itu. Sesungguhnya, niatnya ikhlas untuk mengembalikan hak milik tanah itu kepada Rugina, yang lebih berhak.
Sejurus selepas pembacaan wasiat itu, Pegawai Pembahagian Pusaka beredar dari bilik persidangan. Sekali lagi, Rugina berpaling ke arah Aaron. Dia seakan tidak mengerti alasan sepupunya yang sanggup menyerahkan semula tanah yang terlalu luas itu secara hibah kepadanya.
“Gina…kau okey? Sebenarnya, tanah itu milik ibumu. Dia serahkan kepada bapaku secara hibah dahulu,” kata Aaron kepada sepupunya yang masih kesima juga tergamam. Tambahnya lagi, “Pertelingkahan tentang tanah pusaka antara keluarga kita dahulu sudah dirancang sebenarnya. Tanah itu akan diuruskan oleh bapaku dengan syarat hubungan percintaan kita diputuskan.”
“Bagaimanapun, air yang dicincang takkan putus.” Perumpamaan yang disebut pada minggu terakhir sebelum putus nafas, oleh ayah Aaron dalam perbualan hati ke hati bersamanya. Ditambahkan, “jangan pula kita putuskan tali persaudaraan menggunakan adat istiadat dengan cara yang memalukan… sepatutnya, yang jauh kita dekat-dekatkan, yang dekat kita rapat-rapatkan.”
Sedetik itu, sambil melangkah keluar dari bilik persidangan, Aaron memanjatkan syukur kepada Tuhan dalam sanubarinya, ‘terima kasih Tuhan, atas hikmah ini. Tanpa disedari, ayah telah menyelamatkanku dari melakukan kesilapan yang memalukan seluruh sanak saudara. Sangat benar, hati dan mataku pada ketika itu bagai dikaburi oleh semangat cinta remaja hingga sanggup melupakan dan menidakkan pantang larang suku kaumku.’
Diibaratkan sebuah syair nan indah, Aaron, dalam hatinya kini bagaikan dihurungi madu kelegaan yang bercampur baur rasanya. Mendoakan agar Rugina, sepertinya kini, telah memulakan hubungan persaudaraan baharu secara antarabangsa. Antara Malaysia dan Indonesia.

Glosari:

1. Rogon Gaiyah = sejenis roh jahat dalam kepercayaan suku kaum Dusun
2. gaung = baju tradisi suku kaum Dusun untuk lelaki
3. sinuangga = baju tradisi suku kaum Dusun untuk wanita
4. mintarom = sumbang mahram
5. sogit = denda
6. tajau = sebuah tempayan yang diperbuat daripada tanah liat
7. misulak = pertukaran secara selang seli
8. Orang Tua = Ketua Kampung

TERUS TUMBUH

...baik bungaku. Siramlah tubuhmu agar terus tumbuh.

MELUKIS HUJAN

Melukis hujan di tengah hari telah jadi minatku. Ah, mungkin kerana bosan aku dengan cuaca panas membahang ini. Kata teman lamaku, bahang yang terasa ini, petanda hujan akan turun.

Rasaku kini, tubuh disimpan dalam peti ketuhar. Masak tubuhku perlahan-lahan. Ketika saatnya di takat didih, bagai lebur lemak dalam tubuh kerdil ini. Basah berkeringat.

Tanpa sedar, aku mula melukis hujan di antara awan-awan tebal itu. Sedikit ragu hatiku kerana warna putih awan itu. Bukankah jika akan hujan, kelabu warna?

Oh, tiada hujah lain mampu kunyatakan. Terima sahajalah. Pasrah. Mengharap aku, hujan itu segera tiba. Agar tenang hatiku yang sedang rindu akan bunyi titisan hujan.

Tik, tik, tik.

Dan rasa segar dengan hawa dingin yang membahagiakan diri. Nyaman.

SERI MUKA

Menjelang pagi
ketika engkau dalam dakapku
cahaya dari seri wajahmu
bersinar bak mawar
gincumu yang tertanda di bibir
ingin sekali kucumbui
namun aku menahan rasa
kerana belum waktunya

sudah sederhana
kaukupeluk
dan pipimu juga cuping telingamu
kusentuh dengan kasih

terbang pergi kerinduan
yang terhimpun selama beberapa waktu
sehari bagai seabad lamanya.

...kerana dakap itu, sepanjang hari aku mengukir gembira.


Sunday, March 1, 2020

DRAMA

...ketika aku menunggu, dia tak ada. Sejak semalam...apakah perlu aku pergi lalu dia tiba? Seperti drama. Apa mungkin dia telah lari, ke pangkuan si dia? Boneka mungkin aku, yang hanya dirindu tika dia keseorangan.





PUTUS RINDU

Putus rindu?

Aduh...
bagaimana itu
apa umpama lapar dan dahaga
mandi tak basah
ke hulu ke hilir rasanya sama sahaja
dia tetap di hati


Putus rindu?

Aduh...
lebih rela aku malap dalam realiti
dan terang dalam mimpi
sungguh mahu dekat aku dengannya
tapi kaku impian itu

patutkah jadi penculik aku
bawa dia pergi bersama.

DURI CINTA

Bahagia
bersertanya
didampingnya si dia
di samping mereka ada dua kuntum
bunga
merah warnanya
seperti hati ketika itu

terluka atmaku
terlalu asyik hingga dihiris duri
pada dahan terlarang
seingat aku
ia tidak setajam mata hati
rupanya
mampu buatku menangisi
diri sendiri.



BAHASA CINTA









Diri kumanjai
beradu seiring lagu
...katakan sejujurnya—
sesekali aku mengimbas memori
antara dia dan aku
kala bersama di alam maya
indahnya
bukan mengemis
ia perkongsian asmara
mekar segar bugar
tubuh dibasahi cinta.

MENANTI DI GUNUNG-GUNUNG

Dia menanti sebaris aksara.

...yang disusun rapi
dengan penuh empati
hati-hati
sendiri.

moga alam mampu mengalah
maka
terolahlah kata bicara
penuh puitis
bantu memadam luka lara
membangunkan jiwa-jiwa leka
umpama kuntum sakura
yang mula cambah
setelah perginya
musim dingin di gunung-gunung.