sesekali bagai kumimpikan air timba bercurahan
mahu buka mataku bila dengar minyak panas bak hiroshima
aku tahu,
itu nenekku
kubangkitkan tubuh kerdil ini dari perangkap mimpi
nyata... mimpi tidak indah belaka
lebih baik aku bangun mengucap salam
pada si dia
wira subuh berperang sesama belanga
langkah demi langkah kuperhati hati-hati
warga kota yang datang
tidak rela jatuh terhentam lalu patah tangan
lantai bambu sudah semakin usang
kini yang penting makan.
No comments:
Post a Comment